cara mengatasi rasa jenuh dan malas saat menerima pelajaran
Dalam pelaksanaan pembelajaran
berlangsung di sekolah pada umumnya masih menghadapi masalah – masalah.
Diantaranya adalah kurangnya penguasaan siswa terhadap materi pelajaran
yang disampaikan. Keberhasilah belajar ditentukan dan dipengaruhi oleh
beberapa aspek. Salah satu aspek penentunya adalah guru.
Guru adalah pendidik profesional dengan
tugas utama adalah mendidik, menhajar, membimbing, melatih, dan
mengevaluasi siswa pada pendidikan menengah. Ketegasan diatas
menjelaskan bahwa guru harus memiliki sikap keprofesionalisme.
Profesional sendiri adalah suatu pekerjaan atau kegiatan yang dilakukan
dan menjadi sumber penghasilan kehidupan yang memerlukan keahlian,
kemahiran, atau kecakapan yang memenuhi standar mutu atau norma tertentu
serta memerlukan pendidikan profesi.
Seorang guru akan memperoleh kepuasan,
apabila telah melaksanakan tugas pembelajaran yang baik. Hal ini
ditunjukkan dengan materi yang disampaikan kepada siswa dapat diterima
dengan baik, sehingga tujuan pembelajaran yang direncanakan dapat
dicapai. Pernyataan tersebut diperkuat oleh Hopkins (dalam Wardani, dkk:
2003), yang berkaitan dengan isu-isu seputar profesional praktek
dikelas kontrol sosial terhadap guru, serta kemanfaatan penelitian
pendidikan, maka profesional tindakan kelas yang dilakukan oleh guru
dipandang sebagai satu unjuk kerja seorang guru yang profesional. Guru
yang berhasil harus mempunyai sikap dan ketrampilan yang mendorong siswa
aktif untuk berfikir dan mampu memecahkan masalah, serta menguasai
sejumlah ketrampilan di dunia pendidikan. Masalah penting yang mendasar
bagi guru dalam proses belajar mengajar di kelas adalah bagaimana upaya
untuk memperbaiki pembelajarannya sehingga materi yang disampaikan dapat
dimengerti dan dipahami oleh siswa dengan mudah.
Tingkat penguasaan siswa terhadap materi
pelajaran biasanya dinyatakan dengan nilai. Hal ini dipertegas pendapat
(Zainul, dkk: 2004) bahwa tes hasil belajar adalah salah satu alat ukur
yang paling banyak digunakan untuk mengetahui kemampuan dan pemahaman
dalam belajar mengajar.
Faktor yang menghambat keberhasilan
seorang peserta didik di dalam pembelajaran adalah kejenuhan. Seorang
peserta didik akan merasa jenuh apabila model atau cara mengajar seorang
guru monoton atau tidak bervariasi. Mengapa demikian dan bagaimana
solusinya? Bahwa seoarang siswa atau peserta didik membutuhkan suatu hal
yang baru, karena dengan cara mengajar guru bervariasi siswa dapat
belajar dengan maksimal, bahkan akan lebih mudah menerima penjelasan
dari seorang guru. Disini guru harus terampil menggunakan variasi.
Penggunaan variasi disini dimaksudkan agar peserta didik terhindar dari
perasaan jenuh dan membosankan, yang menyebabkan perasaan malas menjadi
muncul. Pengajaran sepantasnya tidak monoton, berulang-ulang dan
menimbulkan rasa jengkel pada diri peserta didik. Karena itu ketrampilan
menggunakan variasi adalah sangat penting bagi guru sekolah dasar dalam
upaya memelihara dan meningkatkan mutu kegiatan belajar mengajar yang
lebih baik.
Mengadakan variasi belajar adalah
menciptakan suatu yang baru dalam proses belajar mengajar, yang
mengarahkan siswa, melibatkan siswa, sehingga sekolah tidaklah merasa
sebagai beban yang berat, tetapi merasa menjadi sesuatu yang
menyenangkan. Pengertian penggunaan variasi merupakan ketrampilan guru
di dalam menggunakan bermacam kemampuan untuk mewujudkan tujuan belajar
peserta didik sekaligus mengatasi kebosanan dan menimbulkan minat,
gairah, dan aktivitas belajar yag efektif.
Tujuan penggunaan variasi dalam proses belajar mengajar adalah untuk:
- Mempertahankan kondisi optimal siswa.
- Menghilangkan kejenuhan dalam mengikuti proses belajar.
- Meningkatkan perhatian dan motivasi peserta didik.
- Memudahkan pencapaian tujuan pengajaran.
Adapun jenis-jenis variasi yang bisa dipertimbangkan guru untuk diterapkan dalam pengajarannya di sekolah, antara lain:
- Variasi dalam gaya mengajar, yaitu penggunaan variasi yang berkaitan dengan gaya mengajar guru, seperti: variasi dalam suara, variasi dalam gerak dan mimik, posisi guru, kesenyapan, kontak pandang, pemusatan perhatian, dsb.
- Variasi dalam penggunaan media, bahwa media yang digunakan harus bervariasi. Oleh karena itu guru harus memiliki kemampuan dalam mengenal dan meilih media.
- Variasi dalam penggunaan metode, sesuaikan bahan dan karakteristik siswa dengan metode pengajaran yang diolah guru dan gunakan beberapa metode untuk satu penyampaian pengajaran.
- Variasi dalam pola interaksi, yaitu gunakan pola interaksi multi arah artinya antara guru dengan peserta didik, peserta didik dengan guru atau peserta didik dengan peserta didik lain dan guru.
Disisi lain, untuk menghilangkan
kejenuhan dalam proses belajar mengajar, selain menggunakan variasi,
proses belajar mengajar juga harus menyenangkan. Dave Maier (2002) dalam
bukunya “The Accelerated Learning Handbook” mengatakan; menyenangkan
dalam keadaan gembira bukan berarti menciptakan suasana ribut dan
hura-hura. Kegembiraan disini berarti bangkitnya minat, adanya
keterlibatan penuh serta terciptanya makna, pemahaman (penguasaan materi
yang dipelajari), dan nilai yang membahagiakan pada diri si pemelajar.
Itu semua adalah kegembiraan dalam melahirkan sesuatu yang baru. Dan
menciptakan kegembiraan jauh lebih penting daripada teknik atau metode
atau media yang mungkin dipilih untuk digunakan.
Untuk membangun suasana menyenangkan lanjut Maier ada beberapa rumusan yang diajukan:
- Bangkitnya minat belajar.
Dalam kamus bahasa indonesia, kata minat
diartikan sebagai “kecenderungan hati yang tinggi terhadap sesuatu”.
Dalam bahasa yang lebih simpel minat diartikan juga dengan “gairah” atau
“keinginan yang menggebu-gebu”. Jadi apabila kegembiraan dikaitkan
dengan komponen ini, maka jelas bahwa seorang pengajar atau pemelajar
menjadi gembira lantaran di dalam dirinya memang ada keinginan
mengajarkan atau mempelajari suatu pelajaran. Sebaliknya apabila di
dalam diri seseorang tidak muncul gairah untuk mengajar atau belajar
tentang hal-hal yang akan diajarkan atau dipelajarinya, maka di dalam
lingkungan belajar mengajar itu agak sulit dikatakan kegembiraan.
- Adanya keterlibatan penuh si pemelajar dalam mempelajari sesuatu.
Komponen kedua ini sangat bergantng pada
komponen pertama. Apakah mungkin seorang pemelajar dapat terlibat penuh
dan aktif dalam mengikuti sebuah pembelajaran apabila di dalam dirinya
tidak ada sama sekali gairah atau minat untuk mengikuti pembelajaran
tersebut. Pemelajar betul-betul berkonsentrasi diri untuk fokus pada apa
yang dipelajarinya, sehingga ada hubungan timbal balik. Apa yang
dipelajari dan siapa yang ingin mempelajari perlu ada jalinan yang akrab
dan saling memahami.
- Terciptanya makna.
Makna tidak mudah didefinisikan. Makna
berkaitan erat dengan masing-masing pribadi. Makna kadang muncul secara
sangat kuat dalam konteks yang personal. Kata yang mungkin paling dekat
dan mudah difahami berkaitan dengan kata makna adalah terbitnya sesuatu
yang memang “mengesankan”. Sesuatu yang mengesankan biasanya dapat
menghadirkan makna. Jadi apabila sebuah pembelajaran tidal dapat
menimbulkan kesan mendalam terhadap para pemelajar, maka mustahil ada
makna. Apalagi jika pembelajaran itu kering, monoton, dan hampa dari
hal-hal yang membuat suasana menjadi segar dan ceria, tentulah sulit
menciptakan makna dalam suatu pembelajaran.
- Pemahaman atas materi yang dipelajari.
Apabila minat seseorang pemelajar dapat
menumbuhkan ketika mempelajari sesuatu, lantas dia dapat terlibat secara
aktif dan penuh dalam membahas materi yang dipelajarinya, dan
ujung-ujungnya terkesan dengan sebuah pembelajaran yang diikutinya,
tentulah pemahaman akan materi yang dipelajarinya dapat muncul secara
sangat kuat. Rasa ingin tahu atau kehendak untuk menguasai materi yang
dipelajarinya akan tumbuh secara hebat apabila dia berminat, terlibat,
dan terkesan. Sebab ada kemungkinan ketika dia belajar sesuatu yang
baru, dia kemudian mengaitkan hal-hal baru itu dengan pengalaman lama
yang sudah tersimpan di dalam dirinya.
- Tentang nilai yang membahagiakan.
Bahagia menurut bahasa adalah keadaan
atau perasaan senang, tentram (bebas dari segala yang menyusahkan).
Berkaitan dengan belajar, bahagia adalah keadaan yang bebas dari
tekanan, ketakutan, dan ancaman. Rasa bahagia yang muncul di dalam diri
si pemelajar bisa saja terjadi karena dia merasa mendapatkan makna
ketika mempelajari sesuatu. Dirinya menjadi berharga, dirinya jadi
tumbuh berkembang dan berbeda dari sebelumnya. Atau dia merasa bahagia
keraena selama menjalani pembelajaran dia diteguhkan sebagai seorang
yang berpotensi dan dihargai jerih payahnya dalam memahami sesuatu.
Sekaranglah memulainya menerapkan
pembelajaran yang bervariasi dan menyenangkan! Untuk menjadi guru yang
profesional harus diawali dari semangat membara yang memancar dari diri,
dan salah satunya semangat menjadi guru inovatif. Untuk menjadi guru
inovatif diperlukan kerja keras dan menjadikan diri sebagai guru
“bertelinga lebar”, sekaligus “bertelinga tertutup”. Jangan paksakan
peserta didik untuk menikmati pembelajaran yang kita lakukan. Demikian
uraian singkat yang penulis sajikan mengenai hal-hal positif untuk
menghilagkan kejenuhan dalam pembelajaran, semoga tulisan ini bermanfaat
bagi teman-teman semua. amien